Faktakendari.id, INTERNASIONAL – Serangan udara di Gaza pada Minggu, 10 Agustus 2025, menewaskan sejumlah jurnalis Al Jazeera. Korban termasuk Anas al-Sharif dan Mohamed Qreiqeh. Insiden ini terjadi di dekat kompleks rumah sakit al-Shifa dan menimbulkan duka mendalam bagi masyarakat Gaza.
Sumber internasional menyebut lokasi serangan adalah tenda yang biasa digunakan tim media. Tragedi ini memicu kecaman luas dari komunitas global dan organisasi kebebasan pers.
Qatar Tuntut Pertanggungjawaban
Qatar, sebagai kantor pusat Al Jazeera, mengecam keras serangan tersebut. Pemerintah Qatar menuntut pertanggungjawaban penuh atas kematian awak media dan menyebutnya sebagai upaya membungkam suara yang melaporkan kondisi lapangan.
“Perlindungan jurnalis adalah prinsip yang harus dihormati dalam setiap konflik bersenjata,” tegas pemerintah Qatar dalam pernyataan resmi.
Kekhawatiran atas Keselamatan Jurnalis
Kematian wartawan lokal meningkatkan kekhawatiran tentang keselamatan jurnalis Palestina. Kelompok pemantau melaporkan jumlah wartawan tewas meningkat drastis sejak 2023, yang mengancam akses publik terhadap informasi independen.
Committee to Protect Journalists menyerukan investigasi independen terkait serangan ini. Mereka menegaskan pentingnya:
Melindungi jurnalis di wilayah konflik
Memastikan akses media internasional ke Gaza
Menjaga dokumentasi pelanggaran HAM agar publik mendapat gambaran nyata situasi kemanusiaan
Risiko Disinformasi
Berkurangnya liputan dari wilayah konflik memperbesar risiko disinformasi. Tanpa perlindungan bagi jurnalis lokal dan akses media yang bebas, publik dunia terancam kehilangan informasi akurat tentang krisis kemanusiaan di Gaza.