Faktakendari.id, NASIONAL – Fokus utama pelaku pasar pekan ini masih tertuju pada perkembangan inflasi Amerika Serikat (AS) serta arah kebijakan The Federal Reserve (The Fed). Data inflasi terbaru yang lebih tinggi dari perkiraan membuat peluang penurunan suku bunga acuan pada September 2025 semakin tidak pasti. Kondisi ini dapat mendorong kenaikan yield global, meskipun pasar obligasi Indonesia tetap mendapat sentimen positif.
Saat ini, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun tercatat di level 6,42%, terendah sejak 2023. Namun, analis menilai ruang penurunan yield semakin terbatas. Oleh karena itu, pekan depan imbal hasil SUN diperkirakan bergerak stabil di kisaran 6,45%–6,55%.
Sentimen Positif Pasar Domestik
Pemerintah menegaskan komitmen menjaga defisit fiskal di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kebijakan ini memberikan sinyal kuat bahwa pasar obligasi domestik tetap menarik bagi investor, meskipun ada tekanan dari faktor eksternal.
Di sisi lain, stabilitas pasar juga ditopang oleh kebutuhan investor asing maupun domestik terhadap instrumen obligasi negara. Dengan ketidakpastian global, SUN masih menjadi instrumen yang relatif aman bagi pelaku pasar.
Target Lelang SUN Pekan Ini
Pemerintah menargetkan Rp 9 triliun dari lelang Surat Utang Negara minggu ini melalui tujuh seri. Dari target tersebut, minat investor diperkirakan mencapai 2,5–3 kali lipat, atau sekitar Rp 25–Rp 30 triliun.
Seri benchmark 10 tahun PBS032 diproyeksikan akan menjadi yang paling diminati oleh investor asing. Sementara itu, tenor 5 tahun diperkirakan banyak dipilih perbankan domestik untuk kebutuhan likuiditas.
Dengan tren ini, pasar obligasi Indonesia diperkirakan tetap stabil dalam jangka pendek, walaupun arah kebijakan The Fed masih menjadi faktor penentu utama bagi pergerakan yield global.













